Banyak orang melakukan pola hidup sehat untuk menurunkan berat badan. Salah satunya diet ketofastosis, apa itu? Apa bedanya dengan diet ketogenik? Apakah bisa diterapkan untuk pola hidup sehat? Simak informasinya berikut ini.
Perbedaan Diet Ketogenik dan Diet Ketofastosis
Diet ketogenik adalah sebutan untuk pola makan dengan kadar karbohidrat sangat rendah tapi tinggi lemak. Pola makan ini mengutamakan konsumsi makanan tinggi lemak, protein yang sedang, dan rendah karbohidrat.
Pelaku diet ini diharapkan bisa memasuki fase ketosis lebih cepat. Pada fase ketosis, tubuh yang akan membakar lemak sebagai sumber energi karena tubuh kekurangan karbohidrat.
Untuk aturan makan diet ketofastosis sebenarnya sama dengan ketogenik. Hanya saja, pada diet ketogenik terdapat aturan jendela makan, sedangkan ketofastosis menganjurkan untuk berpuasa.
Lama puasanya yakni sekitar 6-12 jam. Tidak sedikit pula yang berpuasa lebih lama, tergantung kemampuan tubuh.
Efek Diet Ketogenik dan Ketofastosis
Meski tampak sempurna, namun ahli nutrisi memperingatkan adanya efek samping dari diet ketogenik. Pertama, tubuh membutuhkan waktu sekitar 2-4 minggu untuk menyesuaikan diri dengan pola makan diet ketofastosis dan masuk fase ketosis.
Kedua, jika gagal memasuki fase ketosis dan kamu tidak memiliki asupan karbohidrat yang cukup sebagai bahan bakar, efeknya adalah tumpukan lemak dalam tubuh.
Mengonsumsi lemak secara berlebihan pun juga memberikan efek samping, seperti naiknya kadar kolesterol dan trigliserida. Apalagi kalau makanan tersebut bersumber dari lemak trans dan lemak jenuh yang dijumpai dalam gorengan.
Berbeda dengan orang yang melakukan diet ketofastosis. Biasanya, orang yang menjalani pola makan ini mengalami “healing crisis” atau sejumlah gejala yang diakibatkan ketika sistem metabolisme tubuh berubah.
Sumber foto: Google
Perubahan metabolisme ini berdampak terhadap pergantian sel tubuh untuk menyesuaikan cara kerja baru. Karena mengubah jam makan, kamu mungkin akan merasa kelelahan pada awal-awal menjalani diet ketofastosis.
Efek lainnya yang bisa muncul yaitu munculnya jerawat parah akibat mengonsumsi lemak secara berlebih, kulit terasa gatal, kulit kering, ketombe, hingga mual dan muntah. Lamanya gejala ini berbeda-beda pada setiap individu.
Diet jenis ini juga butuh komitmen dan niat yang kuat dari orang yang menjalaninya. Sebab, diet ketofastosis akan mengubah seluruh kebiasaan pola makan seseorang. Kalau kamu bolak-balik melakukannya, diet ini justru bisa merusak metabolisme tubuh.
Seperti kita tahu, untuk mendapatkan hidup sehat dan metabolisme tubuh yang seimbang, diperlukan asupan berbagai jenis asupan nutrisi. Salah satunya adalah karbohidrat.
Membatasi asupan karbohidrat secara sembarangan, mungkin akan membuatmu mengalami beberapa gejala. Seperti pusing dan rasa lapar terus-menerus, kamu juga mungkin merasa lemas dan lebih mudah mengantuk.
Karena itulah, diet ketogenik maupun ketofastosis ini lebih cocok untuk orang yang memiliki riwayat kesehatan normal. Selain itu, sebelum memulainya carilah informasi sebanyak mungkin tentang diet yang akan mengubah tubuh kamu ini.
Nah untuk mencegahnya, kamu bisa berkonsultasi lebih dulu dengan ahli diet sebelum memutuskan untuk menjalani diet ini.
Tapi kalau ingin mencari bahan pangan untuk menu diet sehat di rumah, langsung saja kunjungi website Healthy Choice. Bukan hanya bahan pangan, Healthy Choice juga tersedia aneka cemilan untuk diet dengan variasi rasa yang beragam.
Itu dia informasi tentang perbedaan diet ketogenik dan ketofastosis. Semoga ulasan di atas bisa membantumu menentukan jenis diet sehat yang cocok untuk kamu ya.
Baca juga: Tips Mengatur Pola Makan Sehat dengan Menu Beras Merah
Baca juga: 7 Kebiasaan Saat Makan Ini Bisa Menjaga Pola Hidup Sehat Anda