Beras merah dianggap lebih baik dibandingkan nasi putih karena lebih tinggi serat. Meski begitu, ternyata ada pula klaim yang menyebutkan bahwa mengonsumsi nasi merah dapat menyebabkan efek samping tertentu. Benarkah? Simak jawabannya di bawah ini.
Apa Efek Samping Beras Merah bagi Tubuh?
Beras yang kerap jadi pilihan dalam menu makan sehat ini memang lebih kaya serat dibanding beras putih. Selain itu, beras berwarna merah ini juga mengandung senyawa antosianin yang merupakan antioksidan bagi tubuh.
Sayangnya, ada beberapa zat yang berpotensi menyebabkan efek samping jika terlalu banyak mengonsumsi beras merah. Efek samping tersebut adalah:
Sayangnya, ada beberapa senyawa yang berpotensi menimbulkan bahaya jika Anda mengonsumsi beras merah dalam jumlah besar. Inilah potensi efek samping nasi merah yang mungkin timbul.
Senyawa asam fitat (phytic acid) dalam beras merah sebenarnya bersifat antioksidan dan dapat melindungi tubuh dari bahaya radikal bebas.
Namun asam fitat juga dapat menghambat asupan beberapa mineral, seperti zat besi, zink, mangan, kalsium, dan magnesium.
Padahal mineral tersebut penting untuk pembentukan sel darah merah, menjaga imunitas tubuh, hingga memperkuat tulang.
Tidak heran, asam fitat disebut sebagai senyawa antinutrisi. Sehingga mengonsumsi nasi merah terlalu banyak dapat menghambat penyerapan zat gizi penting yang diperlukan oleh tubuh.
Sumber foto: Google
Nyatanya, beras yang sering jadi pilihan para pelaku pola hidup sehat ini rentan terkontaminasi logam berat, seperti arsenik.
Penelitian pada tahun 2018 yang diterbitkan Oriental Journal of Chemistry, menyebutkan bahwa beberapa beras merah di Medan, Sumatera Utara, memiliki kandungan arsenik hingga 3,71 mg dalam setiap satu kilogram.
Jumlah arsenic tersebut melebihi ambang batas kontaminasi logam yang ditentukan WHO, yaitu 0,3 mg dalam setiap satu kilogram beras.
Paparan ini berasal dari pestisida, air untuk irigasi, pupuk, dan tanah yang digunakan untuk menanamnya.
Efek samping dari beras yang terpapar arsenik adalah meningkatkan risiko kanker pada organ tubuh.
Jamur Aspergillus biasanya tumbuh pada beras, jagung, dan kacang tanah. Sedangkan pada beras merah jenis jamur yang muncul ada Aspergillus section Flavi.
Di Indonesia sendiri jamur mudah tumbuh karena tingkat kelembabannya tinggi dengan suhu panas. Kontaminasi jamur Aspergillus section Flavi sendiri ternyata beracun karena menimbulkan zat aflatoksin. Mengapa beracun? Aflatoksin berpotensi mengakibatkan kanker karena bersifat karsinogenik.
Selain itu, aflatoksin pada beras merah dapat menyebabkan efek samping lainnya seperti gangguan sistem imun tubuh, gagal ginjal, liver, reproduksi, dan saluran pencernaan.
Bagaimana Cara Mengurangi Risiko Efek Sampingnya?
Efek samping beras merah berasal dari kontaminasi dan kandungan zat di dalamnya. Memang, beberapa efek samping tersebut cukup membahayakan kesehatan.
Tapi, kamu bisa meminimalkan efeknya. Lalu, apakah ada tips sehat agar bisa mengonsumsi beras merah tanpa efek samping tersebut?
Tentu saja ada, kamu bisa mencuci dan merendam beras sebelum mengolahnya. Bukan sembarangan, ada beberapa hal yang wajib kamu perhatikan saat mencuci beras.
Pastikan rendam beras merah selama 24 jam dengan suhu sekitar 50 derajat Celcius. Proses ini akan membantu membuang kadar asam fitat dan arsenik di dalamnya.
Proses memasak sebetulnya juga mengurangi kadar senyawa ini. Jadi, kesimpulannya efek asam fitat dan kontaminasi arsenik berisiko muncul saat mengonsumsi beras merah mentah.
Sekarang sudah tahu kan apa saja efek samping dan bagaimana cara mengurangi dampak beras merah bagi kesehatan? Ingin belanja bahan makanan yang bukan hanya berkualitas tapi juga aman bagi kesehatan? Langsung saja ke Healthy Choice yang jadi pilihan utama para pelaku pola hidup sehat, karena di sini tersedia beras merah organik juga lho.
Baca juga: Beras Merah vs Beras Shirataki, Mana Paling Baik untuk Diet
Baca juga: Tips Mengatur Pola Makan Sehat dengan Menu Beras Merah